Total Tayangan Halaman

Rabu, 13 April 2011

PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA

ABSTRAK
Siswa diibaratkan kertas putih bersih,masih dalam keadaan tidak/belum tahu tentang sesuatu. Merupakan tugas guru untuk merubahnya dari yang semula tidak tahu menjadi tahu. Untuk menjadi seorang guru yang baik harus memiliki berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi keguruan yaitu antusias, stimulatif, hangat, berorientasi pada tugas, toleran, sopan, bijaksana, demokratis, penuh pengharapan, dan bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik.

Kata kunci: Siswa, guru, profesi keguruan, obyektif











BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.

Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seseorang peserta didik. Pengajaran memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja. Sedangkan pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.

B. Tujuan
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, beberapa tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang ada pada guru yang mempengaruhi minat belajar siswa.
2. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang ada pada guru dengan minat belajar siswa.

C. Kajian Teori / Tinjauan Pustaka
1. Metode Penulisan :
Metode penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penelitian eksploratif.
2. Langkah-langkah penulisan :
a. Pengumpulan data: Data diperoleh dengan mempelajari literatur.
b. Kritik sumber: Diadakan kritik intern, eksteren, analisa, pembahasan dan menyimpulkan data,maksudnya setelah dianalisa, disatukan lalu ditafsirkan untuk disimpulkan secara histeriografi dan disajikan dalam bentuk hasil penelitian.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kedudukan Pendidik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dari segi bahasa, pendidik adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberi kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa Inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan pendidik. Kata tersebut seperti teacher yang artinya guru atau pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi atau guru yang mengajar di rumah.

Dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim, dan mu’addib. Kata ustadz jamaknya asatidz yang berarti teacher (guru), profesor (gelar akademik), jenjang dibidang intelektual, pelatih, dan penyair. Adapun kata mudarris berari teacher (guru) ,instruktur (pelatih), lecturer (dosen), Selanjutnya kata muallim yang berarti teacher (guru), trainer (pemandu), dan instructor (pelatih). Sedangkan kata mu’addib berarti educator pendidik atau teacher in Koranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-Quran).

Perbedaan kata tersebut menunjukkan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan di mana pengetahuan dan keterampilan diberikan. Jika menyebut sekolah maka gurunya adalah teacher, jika di perguruan tinggi berari lecturer, jika di rumah disebut tutor. Sedangkan di tempat-tempat pelatihan dinamakan instruktur atau trainer dan pada lembaga agama disebut educator.

Secara terminologis pendidik adalah siapa saja yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik. Dalam Islam orang yang bertanggung jawab dalam pendidikan adalah orang tua (ayah-ibu) anak didik. Tanggung jawab tersebut sekurang-kurangnya disebabkan oleh dua hal: pertama ; karena kodrat, yakni kedua orang tua ditakdirkan bertanggung jawab mendidik anaknya. Kedua; karena kepentingan orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tuanya juga,

Secara garis besar tugas guru mencakup tiga hal:
1. Menularkan pengetahuan dan kebudayaan kepada orang lain (bersifat kognitif).
2. Melatih keterampilan jasmani kepada orang lain (bersifat psikomotor).
3. Menanamkan nilai dan keyakinan kepada orang lain.
Dengan demikian tugas guru sejatinya tidak hanya berorientasi pada kecakapan-kecakapan yang berdimensi ranah cipta saja tetapi juga kecakapan yang berdimensi ranah rasa dan karsa. Dengan kata lain tugas guru adalah mengajar dan mendidik.
Sedangkan berdasar PPS IKIP Bandung tahun 1990 yang dikutip Abudin Nata terdapat sepuluh ciri suatu profesi (keguruan) yaitu:
1. Memiliki fungsi dan signifikansi sosial.
2. Memiliki keahlian tertentu.
3. Keahlian diperoleh melalui metode ilmiah.
4. Didasarkan atas disiplin ilmu yang jelas.
5. Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu.
6. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional
7. Memiliki kode etik
8.Kebebasan untuk memberikan judment dalam memecahkan masalah dalam lingkungan kerjanya.
9. Memiliki tanggung jawab profesional dan otonomi
10.Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas layanan pofesinya.
Dalam al-Quran pendidik secara garis besar dibagi empat, pertama; Tuhan, Allah SWT. Sebagai guru Allah SWT menginginkan umat manusia menjadi baik dan bahagia hidup di dunia dan di akherat. Sifat-sifat Allah seperti al’alim (berpengetahuan luas) menggambarkan bahwa guru harus berwawasan luas, sifat Pemurah menggambarkan guru juga harus menjadi orang yang tidak kikir terhadap ilmu yang dimilikinya, dan sifat-sifat lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut Allah mengutus para Nabi, dan Nabi Muhammad SAW merupakan guru kedua setelah Allah. Dalam kapasitasnya sebagai guru Nabi SAW memulai pendidikannya kepada anggota keluarganya yang terdekat, selanjutnya pada orang-orang di sekitarnya.
Selanjutnya pendidik yang ketiga dalam al-Quran adalah orang tua. Al-Quran menyebutkan bahwa sebagai guru orang tua harus mempunyai sifat kesadaran akan kebenaran, dapat bersyukur, serta suka menasehati kepada anaknya untuk tidak mempersekutukan Tuhan, memerintahkan anaknya agar menjalankan shalat, sabar dalam menghadapi cobaan. Sedangkan guru yang keempat adalah orang lain seperti kisah Nabi Musa untuk berguru kepada Nabi Khidir.

B. Karakteristik Kepribadian Guru
Dalam arti sederhana kepribadian adalah sifat hakiki individu yang tercermin pada sikap dan perbuatannya yang membedakan dirinya dari yang lain. Kepribadian guru adalah hal yang sangat penting, menurut Prof. Dr. Zakiah Drajat “kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik atau menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak didik terutama bagi anak didik yang masih kecil’.


C. Guru Yang Ideal
Secara umum guru harus memenuhi dua kategori yaitu memiliki capability dan loyality, yakni guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap tugas-tugas keguruan. Menurut Peter G. Beidler yang dikutip Dede Rosyada terdapat sepuluh kriteria guru yang baik:
a. Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk menjadi guru yang baik. Guru yang baik harus mencoba, dan terus mencoba, dan biarkan siswa-siswa tahu dengan usaha mencoba tersebut, dan bahkan guru juga sangat menghargai siswanya yang senantiasa melakukan percobaan, walaupun para siswa tidak pernah sukses dalam apa yang mereka kerjakan. Dengan demikian, para siswa akan menghargai guru, walaupun sebagai guru sangat mungkin tidak sebaik yang diinginkan.
b. Seorang guru yang baik berani mengambil risiko, berani menyusun tujuan yang sangat muluk, dan berjuang untuk mencapainya.
c. Seorang guru yang baik memiliki sikap yang positif. Seorang guru tidak boleh sinis dengan pekerjaannya, harus bangga dengan profesinya.
d. Seorang guru yang baik tidak punya waktu yang cukup. Guru yang baik tidak punya waktu untuk bersantai, waktunya habis untuk memberikan pelayanan terbaik untuk siswa-siswanya.
e. Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua siswa, yakni bahwa guru punya tanggung jawab terhadap siswa sama dengan tanggung jawab terhadap putra-putrinya sendiri dalam batas-batas kompetensi keguruan, yakni guru punya otoritas untuk mengarahkan siswanya sesuai basis kemampuannya.
f. Guru yang baik harus selalu mencoba membuat siswanya percaya diri, karena tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang seimbang dengan prestasinya.
g. Seorang guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antara siswa dengan dirinya, yakni dia selalu menciptakan jarak antara kemampuannya dengan kemampuan siswanya, sehingga siswa-siswa senantiasa sadar bahwa perjalanan menggapai kompetensinya masih panjang, dan membuat siswa-siswa terus berusaha untuk menutupi berbagai kelemahannya dengan melakukan berbagai kegiatan dan menambah pengalaman keilmuannya.
h. Seorang guru yang baik selalu mencoba memacu siswa-siswanya untuk hidup mandiri, lebih independent, khususnya untuk sekolah-sekolah menengah atau college, mereka harus sudah mulai dimotivasi untuk mandiri dan independent.
i. Seorang guru yang baik tidak percaya penuh terhadap evaluasi yang diberikan siswanya, karena evaluasi mereka terhadap gurunya bisa tidak objektif, walaupun pernyataan-pernyataan siswa penting sebagai informasi, namun tidak sepenuhnya harus dijadikan patokan untuk mengukur kinerja keguruaannya.
j. Seorang guru yang baik senantiasa mendengarkan terhadap pernyataan-pernyataan siswanya, yakni guru itu harus aspiratif mendengarkan dengan bijak permintaan-permintaan siswa-siswanya, kritik-kritik siswanya, serta berbagai saran yang disampaikan.

Sedangkan menurut Gilbert H. Hunt guru yang baik memenuhi tujuh kriteria:
1. Guru yang baik harus mempunyai sifat antusias, stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan pekerja keras.
2. Guru yang baik memiliki pengetahuan yang memadai dalam mata pelajaran yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam bidang ilmunya.
3. Guru yang baik juga mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang diharapkan siswa secara maksimal.
4. Guru yang baik mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang variatif, menciptakan dan memelihara momentum, menggunakan kelompok kecil secara efektif, mendororong semua siswa untuk berprestasi, dan lain sebagainya.
5. Guru yang baik mampu memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa akuntabel. Dan mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akademik siswanya.
6. Guru yang baik biasa menerima berbagai masukan, risiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya, konsisten dalam kesepakatan-kesepakatan, dan lainnya.
7. Guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, memiliki kemampuan mengorganisasi kelas.

Berdasar dari teori-teori tersebut maka untuk menjadi seorang guru yang baik harus memiliki berbagai kriteria atau sifat-sifat yang diperlukan untuk profesi keguruan yaitu antusias, stimulatif, hangat, berorientasi pada tugas, toleran, sopan, bijaksana, demokratis, penuh pengharapan, dan bertanggung jawab.

Senyampang dengan pemikiran Peter G. Beidler yang dikutip Dede Rosyada tentang kriteria guru, penulis mendeskripsikan guru yang ideal dengan kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai visi dan misi
Visi dan misi mutlak dipunyai seorang pendidik, tanpa adanya visi dan misi maka tidak ada ruh dalam menjalani profesinya. Visi berangkat dari landasan ideologi, keberagamaan sangat dominan dalam perumusan visi. Adanya visi menunjukkan keikhlasan, keseriusan, dan semangat dalam menjalani profesinya. Terbangunnya visi akan diikuti misi, lebih operasional. Misi dijabarkan dalam action plan atau rencana strategis yang berkaitan dengan kedudukannya sebagai pendidik.

2. Mampu secara akademik
Kemampuan akademik yang handal menjadi syarat mutlak untuk menjad guru yang ideal. Kehandalan tersebut bukan saja sekedar penguasaan secara kognitif sehingga mampu menyampaikan informasi pengetahuan kepada siswa, akan tetapi juga menguasai secara komprehensif bidang kajiannya sehingga banyak potensi untuk berkembang. Penguasaan secara komprehensif penulis jabarkan menjadi tiga yakni penguasaan ontologi, penguasaan epistemologi, dan penguasaan aksiologi.
Penguasaan ontologi berarti menguasai substansi, objek, dan bidang kajian dari sisi materi. Guru harus tahu kompetensi apa yang mesti disampaikan, formula apa yang ada, aksioma apa sajakah yang disajikan, dan lain sebagainya. Penguasaan epistemologi berarti menguasai bagaimana proses, mekanisme, dan latar kemunculan sesuatu yang berupa rumus, premis, teori, dan grand theory. Pengetahuan akan proses sudah idealnya dikuasai oleh guru sehingga nalar berpikir, kreativitas, daya kritis, daya analisis lebih dipentingkan dan diutamakan dari pada sekedar hafal. Kemampuan penguasaan epistemologi akan memberikan landasan yang kokoh dalam pengembangan dasar-dasar keilmuan yang pada gilirannya mewujudkan kemampuan berfikir logis pada peserta didik. Penguasaan aksiologi merupakan penguasaan terhadap muatan nilai pengetahuan yang diajarkan. Setiap kajian pastilah value bound (tidak value free), artinya setiap kajian mengandung nilai kehidupan. Nilai tersebut dapat berupa nilai sosial kemasyarakat, norma, dan tidak jarang sarat dengan nilai transendental. Pada posisi ini guru mampu menjadikan subjek pembelajaran menjadi sesuatu yang meaningful bagi peserta didik.

3. Beretika
Konsep etika senantiasa berkembang, perkembangan tersebut bukanlah sesuatu yang permisif dengan memberi kelonggaran beretika, bukan juga berupa relatifisme, akan tetapi merupakan etika yang berangkat dari universal patterns dan tidak menyimpang dari Al-Qur’an sebagai sumber segala sumber ajaran. Etika memang berkembang dari etika lokal, etika nasional, dan etika global, meskipun demikian kesemuanya tidak boleh berangkat dari perspektif masing-masing, akan tetapi harus berangkat dari sumber ajaran.

4. Adaptif
Perubahan adalah sebuah kemestian, dan yang hakiki adalah perubahan itu sendiri. Perubahan yang ada harus disikapi dengan proaktif, bukan reaktif. Sikap reaktif hanya mengahasilkan keterkejutan-keterkejutan yang pada gilirannya menghasilkan manusia-manusia yang mekanis dan gagap terhadap perkembangan yang ada. Konsekuensi dari sikap reaktif adalah sebuah ketertinggalan yang pada dampak paling parahnya adalah mengisolasi diri dengan truth claim kebenaran. Guru sebagai frontman ataupun frontliner dalam kemajuan pendidikan tidak saja melakukan penyesuaian-penyesuaian sebagai sebuah bentuk dari adaptasi, akan tetapi kreatif terhadap perubahan itu sendiri sehingga ada nilai tambahnya, tidak sekedar mengekor.
Dalam posisinya sebagai guru bentuk penyesuaian tersebut berupa upgrade metodologi pengajaran dan metodologi keilmuan. Metode pengajaran berkaitan dengan bentuk pembelajaran, media pembelajaran, sistem portofolio, dan lain sebagainya yang bersifat teknis, sedangkan metode keilmuan berkaitan dengan epistemilogi keilmuan baik yang klasik maupun yang kekinian.

5. Menguasai manajemen
Manajemen berkaitan dengan strategi, pengauasaan manajemen yang baik menghasilkan sistem yang mapan. Sistem yang mapan akan kuat, tidak bergantung pada satu faktor karena sistemik. Pembelajaran memerlukan manajemen, ada tidaknya guru dalam jam pembelajaran akan tetap memberi ruh yang sama jika guru terbiasa menggunakan manajemen dalam pembelajaran. Selain manajemen dalam pengelolaan kelas, guru juga harus menguasai manajemen organisasi sehingga memunculkan peluang-peluang baik bagi institusi sekolah itu sendiri, maupun bagi siswa.

6. Menguasai administrasi keguruan
Sebagai guru, administrasi adalah bagian pokok dari aktifitas keguruannya. Administrasi tersebut dapat berupa penyusunan silabus dan sistem evaluasi, serta sistem pelaporan. Penguasaan administrasi yang tidak saja menjadikan tertib administrasi, akan tetapi dapat dijadikan evaluasi berkala menyangkut aktifitas keprofesiannya.

7. Kompetitif dan komparatif
Guru yang ideal harus mempunyai daya saing sekaligus daya pembeda, semacam spesialisasi yang membedakan dengan guru lain. Daya komparatif akan memberi kekayaan intelektual bagi institusi yang bersangkutan sehingga kaya akan inovasi dan kreasi. Daya kompetitif akan meningkatkan bargaining position dalam lingkup yang sejajar sehingga memberi daya tarik karena kualitas yang menjanjikan.

Guru yang ideal tentu akan dideskripsikan berbeda-beda oleh individu yang berbeda, meskipun demikian secara implisit terdapat kesepakatan umum yang gayut dengan pendapat penulis.











BAB III
PENUTUP
Secara umum, guru ideal adalah guru yang memiliki keberdayaan mewujudkan kinerja yang dapat mewujudkan fungsi dan peranannya secara optimal. Perwujudan tersebut tercermin melalui keunggulannya dalam mengajar, hubungan dengan siswa, hubungan sesama guru, pihak lain, sikap dan keterampilan profesionalnya. Profesionalisme guru hendaknya dapat ditunjukan oleh lima unjuk kerja, yaitu keinginan berperilaku standar ideal, memelihara profesi, mengembangkan profesionalitas serta meningkatkan kualitas pengetahuan dan keterampilannya, mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi serta bangga terhadap profesinya. Semua penampilan itu dapat terwujud apabila didukung kompetensi yang meliputi kompetensi intelektual, sosial, pribadi, moral-spiritual, fisik, dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA
Endang Kandar. (2009).Standar Kompetensi Guru.
Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas.
Barnawi. (2009). Essay-essay Pemikiran Pendidikan. Profil Guru Madrasah Ideal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar